APABILA DISAPA PETUNJUK DAN HIDAYAH

APABILA DISAPA PETUNJUK DAN HIDAYAH

Borang Keahlian MUARA

Nama:
Email:
Telefon:
KP:
Alamat:

This HTML form was created by Freedback.

Bersama Menteri Perdagangan Dalam Negeri Dan Hal-Ehwal Pengguna

Photobucket

Bersama Timbalan Menteri Pelajaran

Photobucket

Tuesday, January 25, 2011

SEBUAH PETIKAN KISAH MENGENAI ASHABUL KAHFI



Dalam Surah Al-Kahfi, Allah SWT menceritakan tiga kisah masa lalu, iaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khaidir AS serta kisah Dzulqarnain. Kisah Ashabul Kahfi mendapat perhatian lebih dan digunakan sebagai nama surah dimana terdapat tiga kisah tersebut. Hal ini tentu bukan kebetulan semata-mata, tapi kerana kisah Ashabul Kahfi, seperti juga kisah-kisah dalam al-Quran yang lainnya, bukan merupakan kisah semata-mata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya.

Ashabul Kahfi adalah nama sekumpulan manusia beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabi Isa AS. Mereka hidup di tengah masyarakat penyembah berhala diperintah oleh seorang raja yang zalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaannya. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan melarikan diri. Dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari, sampailah mereka ke mulut sebuah gua yang kemudian digunakan sebagai tempat persembunyian.

Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua tersebut dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-'Adzim; jilid:3 ; hal.67-71).

Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang ditafsir secara jelas jalan ceritanya.....

Penulis kitab Fadha'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi:
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)" (QS al-Kahfi:10)

Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:

Di kala Umar Ibnul Khattab memegang jawatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: "Wahai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawapan kepada kami, barulah kami mengakui bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberikan jawapan, bererti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukanlah seorang Nabi."

"Silakan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.

"Jelaskan kepada kami tentang induk kunci yang menghalangi langit?
Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya?Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin?
Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya?
Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh di saat ia sedang berkicau?
Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok?
Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik?
Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara?
Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik?
Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: "Bagi Umar, jika ia menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawapannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!''

Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegembiraan, sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!"

Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!"

Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Talib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"

Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: "Mengapa?"

Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnu Khattab. Ali
bin Abi Talib segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (sejenis kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Talib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu bersegera memeluknya, sambil berkata: "Ya Abal Hasan, apabila ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"

Setelah berhadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawapan itu, Ali bin Abi Talib herkata: "Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan setiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!"

Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Talib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, iaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Kitab Taurat, adakah kalian bersedia memeluk agama kami dan beriman?"

"Ya baik!" jawab mereka.

"Sekarang tanyalah satu demi satu," kata Ali bin Abi Talib.

Mereka mulai bertanya: "Apakah induk kunci yang menghalangi pintu-pintu langit?"

Ali bin Abi Talib menjawab,
"Induk kunci itu ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik lelaki maupun wanita, jika ia syirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadrat Allah SWT!"

Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"

Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!"

Para pendeta Yahudi itu saling berpandangan di antara mereka, sambil berkata: " Benar!". Mereka bertanya lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!"

"Kuburan itu ialah ikan Hiu (Nun) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Talib. "Nabi Yunus AS telah dibawa keliling tujuh samudera!"

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"

Ali bin Abi Talib menjawab: "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Daud Alaihissalam. Semut itu berkata kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak dipijak-pijak oleh Sulaiman dan pasukannya dalam keadaan mereka tidak sedar!"

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"

Ali bin Abi Talib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa ( yang menjelma menjadi seekor ular )."

Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawapan-jawapan serta penjelasan yang diberikan oleh Ali
bin Abi Talib r.a. lalu mengatakan: "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!"

Tetapi seorang pendeta lagi bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Talib: "Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin ku tanyakan kepada kamu."

"Tanyakanlah apa yang kamu inginkan," sahut Ali
bin Abi Talib.

"Cuba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?" Tanya pendeta tadi.

Ali bin Ali Talib menjawab: "Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Jika engkau mahu, akan ku bacakan kisah mereka itu."

Pendeta Yahudi itu menyahut: "Aku sudah banyak mendengar tentang Qur'an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, cuba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"

Ali bin Abi Talib kemudian membetulkan kedudukannya sambil merapatkan lutut ke perut, dan
diikatkan ke pinggang dengan burdahnya. Lalu ia berkata: "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasulullah SAW kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di Negeri Romawi, sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat bongkak dan zalim. Ia datang menyerang negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!"

Ali bin Abi Thalib menerangkan: "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, dibuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Tiang-tiangnya berjumlah seribu batang, semuanya dibuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergantungan pada rantai-rantai yang dibuat dari perak. Setiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus lubang. Demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit hingga terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kerusi, semuanya dibuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kerusi dibuat dari emas, untuk duduk para pembesar dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai di situ pendeta tersebut berdiri lagi sambil berkata: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"

"Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali
bin Abi Talib, "Mahkota raja itu dibuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bersulam mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga dibuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat dibuat dari emas. Mereka tegak berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang yang terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding terlebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."

Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: "Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"

Ali
bin Abi Talib r.a. menjawab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.

Setiap hari apabila raja berada dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para penggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu terbang di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.

Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wangian murni. Sambil berterbangan, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.

Demikianlah raja itu berada di atas singgahsana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pening kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun berhingus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai bongkak, derhaka dan zalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "tuhan" dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah SWT.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mahu taat atau tidak bersedia mengikuti kemahuannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemahuannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah SWT.

Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada orang asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disedari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan - seorang cerdas yang bernama Tamlikha memperhatikan keadaan sang raja dengan penuh tandatanya. Ia berfikir lalu berkata di dalam hati: "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."

Enam orang pembantu raja itu setiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergilir-gilir. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum?"

Sahut Tamlikha, "Teman-teman,
hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur."

Teman-temannya bertanya: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?"

"Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan. "Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: 'Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menongkatnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang yang bertaburan?' Kemudian ku fikirkan juga bumi ini: 'Siapakah yang membentang dan menghamparkannya? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?' Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: 'Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius'…"

Teman-teman Tamlikha lalu berlutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: "Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!"

"Saudara-saudara," jawab Tamlikha, " Baik aku mahupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja Pencipta Langit dan Bumi!"

"Kami setuju dengan pendapat mu," sahut teman-temannya.

Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat wang sebanyak 3 dirham. Wang itu kemudian disimpankan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya. Mereka berjalan 3 batu jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: "Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."

Mereka turun dari kuda masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh ( 56km ), sampai kaki mereka bengkak dan berdarah kerana tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.

Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air
atau susu untuk diminum ?"

"Aku mempunyai semua yang kalian inginkan," sahut penggembala itu. "Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku merasakan bahawa kalian itu pasti melarikan diri. Cuba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!"

"Ah…, susahnya orang ini," jawab mereka. "Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?"

"Ya," jawab penggembala itu.

Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera berlutut di depan mereka, dan sambil mencium kaki mereka, ia berkata: "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian."

Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."

Waktu cerita Ali
bin Abi Talib ra sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, cuba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?"

"Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya, "Kita khuatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahsia kita!". Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.

Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: "Hai manusia, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah SWT."

Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua."

Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!"

Ali
bin Abi Talib ra menjelaskan: "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!"

Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: " Secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada setiap orang dari mereka Allah SWT mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah SWT lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawapan, bahwa mereka itu sudah melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80 000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri itu. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

Kepada para pengikutnya ia berkata: "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan ku jatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!"

Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam simen). Setelah selesai, raja berkata kepada para pengikutnya: "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu."

Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tidur selama 309 tahun.

Setelah cukup 309 tahun, Allah SWT mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: "Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!"

Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah kering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: "Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa wang untuk mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak babi."

Tamlikha kemudian berkata: "Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!"

Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melalui tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalinya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: "Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah."

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: "Kusangka aku ini masih tidur!" Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya ramai orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: "Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?"

"Aphesus," sahut penjual roti itu.

"Siapakah nama raja kalian?" tanya Tamlikha lagi. "Abdur Rahman," jawab penjual roti.

"Kalau yang kau katakan itu benar," kata Tamlikha, " Urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah wang ini dan berilah makanan kepadaku!"

Melihat wang itu, penjual roti kehairanan kerana wang yang dibawa Tamlikha itu wang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.

Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai wang lama itu dibanding dengan wang baru!"

Ali
bin Abi Talib ra menerangkan: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW menceritakan kepadaku, bahawa wang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan wang baru, ialah setiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!"


Ali
bin Abi Talib ra kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan selebihnya wang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!"

"Aku tidak menemukan harta karun," sangkal Tamlikha. "Wang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma iaitu sebanyak tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota kerana orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!"

Penjual roti itu marah. Lalu berkata: "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan baki wangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?"

Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: "Bagaimana cerita tentang orang ini?"

"Dia menemukan harta karun," jawab orang-orang yang membawanya.

Kepada Tamlikha, raja berkata: "Engkau tak perlu takut! Nabi Isa AS memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat."

Tamlikha menjawab: "Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!"

Raja bertanya dengan kehairanan: "Engkau penduduk kota ini?"

"Ya. Benar," sahut Tamlikha.

"Adakah orang yang kau kenal?" tanya raja lagi.

"Ya, ada," jawab Tamlikha.

"Cuba sebutkan siapa namanya," perintah raja.

Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: "Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?"

"Ya, tuanku," jawab Tamlikha. "Utuslah seorang menyertai aku!"

Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengiringinya: "Inilah rumahku!"

Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan berkerut hampir menutupi mata kerana sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: "Kalian perlu apa?"

Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!"

Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: "Siapa namamu?"

"Aku Tamlikha anak Filistin!"

Orang tua itu lalu berkata: "Cuba ulangi lagi!"

Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu berlutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: "Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka." Kemudian diteruskannya dengan suara haru: "Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa AS, dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!"

Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas bahunya, sedangkan orang ramai berebut-rebut mencium tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya: "Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?"

Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.

"Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Ali
bin Abi Talib ra melanjutkan ceritanya.

Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: "Aku khuatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh kerana itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!"

Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: "Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!"

Tamlikha bertanya: "Ada urusan apakah lagi kita dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?"

"Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja," jawab mereka.

"Tidak!" sangkal Tamlikha. "Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!"

Teman-teman Tamlikha menyahut: "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagat?"

"Lantas apa yang kalian inginkan?" Tamlikha balik bertanya.

"Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga," jawab mereka.

Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa pengetahuan orang lain!"

Allah SWT. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah SWT melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tidak berhasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah SWT. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.

Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu."

Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu."

Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani dikalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman:

"Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, "Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka." Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, "Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid."

Sampai di situ Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam Kitab Taurat kalian?"

Pendeta Yahudi itu menjawab: "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!"

Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul Allah SAW.

dipetik dari blognyaitik.blogspot.com

Friday, January 21, 2011

PPSMI tetap dimansuh 2012 - Puad

KUALA LUMPUR 21 Jan. - Kementerian Pelajaran tetap dengan pendirian bahawa kaedah Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris (PPSMI) akan dimansuhkan berkuat kuasa 2012.

Timbalan Menterinya, Dr. Mohd. Puad Zarkashi berkata, pendirian itu adalah muktamad dan tiada apa lagi yang perlu diperbincangkan mengenai perkara tersebut.

Kata beliau, isu itu tidak sepatutnya dibangkitkan lagi kerana keputusan tersebut telah dipersetujui oleh pelbagai pihak yang terlibat dalam sektor pendidikan negara melalui banyak perbincangan sebelum ini.

"Kita telah banyak berbincang dan menjalankan kajian sebelum membuat keputusan untuk memansuhkan PPSMI berkuat kuasa 2012.

"Jadi sepatutnya tidak timbul lagi isu-isu mengenainya. Kementerian tetap dengan keputusan bahawa PPSMI akan dimansuhkan,'' katanya kepada Utusan Malaysia di sini hari ini.

Beliau berkata demikian ketika mengulas saranan Persatuan Ibu Bapa Untuk Pendidikan Malaysia (Page) supaya PPSMI dijadikan sebagai opsyen di sekolah kebangsaan dan sekolah menengah kebangsaan.

Perkara tersebut dinyatakan dalam memorandum yang diserahkan oleh Pengerusinya, Datin Noor Azimah Abdul Rahim kepada Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak yang diterima oleh Setiausaha Sulit Kanannya, Mohamad Amir Harun di Pejabat Perdana Menteri di Putrajaya.

PPSMI diperkenalkan pada 2003 bertujuan meningkatkan penguasaan bahasa Inggeris di kalangan pelajar menerusi mata pelajaran sains dan matematik.

Bagaimanapun pada 2009, Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yassin yang juga Menteri Pelajaran mengumumkan pemansuhan dasar itu berkuat kuasa pada 2012, manakala sekolah jenis kebangsaan Cina dan Tamil menggunakan bahasa ibunda masing-masing bagi pengajaran dan pembelajaran kedua-dua subjek berkenaan.

Menurut Puad, beliau faham tindakan Page itu adalah bertujuan meningkatkan penguasaan bahasa Inggeris di kalangan murid serta pelajar sekolah.

Bagaimanapun, katanya, kementerian telah memutuskan bahawa PPSMI bukanlah langkah terbaik untuk meningkatkan penguasaan bahasa itu sebaliknya akan memberi lebih tekanan kepada pelajar.

"Langkah terbaik ialah memberi penekanan kepada pengajaran serta pembelajaran bagi subjek Bahasa Inggeris itu sendiri bagi meningkatkan penguasaan bahasa tersebut dan kami memberi perhatian yang serius kepada perkara tersebut,'' jelas Puad lagi.

Memilih wakil rakyat


Wakil rakyat ialah individu yang menjadi perantaraan di antara kerajaan dan rakyat. Pucuk pimpinan negara perlu teliti membuat pemilihan wakil rakyat kerana kesilapan dalam perkara ini boleh menggagalkan usaha kerajaan mengendalikan urusan masyarakat dan negara.

Tingkah laku atau personaliti individu yang ingin dilantik menjadi wakil rakyat sepatutnya dikaji terlebih dahulu. Personaliti atau tingkah laku merupakan cermin hati nurani seseorang individu. Jika hati nurani tersemat dengan perasaan angkuh dan sombong, maka ucapan dan tindakannya memberi isyarat kepada masyarakat bahawa individu tersebut tidak layak dilantik menjadi pemimpin mereka.

Masyarakat atau rakyat mampu menilai tingkah laku dan perwatakan orang yang ingin menjadi pemimpin mereka. Suara rakyat atau masyarakat yang menentukan pemilihan wakil rakyat, bukannya keputusan daripada suara kumpulan yang kecil. Individu yang tidak memiliki jiwa rakyat dan kurang gemar berkomunikasi dengan masyarakat tidak layak dilantik menjadi wakil rakyat kerana wakil rakyat ialah orang yang amat prihatin permasalahan rakyat.

Mempamerkan wajah dalam media massa dengan tujuan untuk menyakinkan pucuk pimpinan bahawa seseorang itu aktif dalam urusan kemasyarakatan bukan merupakan kriteria utama dalam pemilihan wakil rakyat. Wakil rakyat ialah orang yang dikenali oleh kesemua golongan masyarakat di kawasannya hasil daripada pertemuan dan aktiviti yang sering dilakukan olehnya.

Setiap orang yang dilantik menjadi wakil rakyat sepatutnya mengetahui pelbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Permasalahan ini akan dikemukakan kepada pucuk pimpinan negara atau dibahaskan dalam Parlimen. Wakil rakyat yang cuai terhadap tugas dan tanggungjawab tidak dapat menyelami permasalahan masyarakat. Kehadiran mereka di Parlimen tidak memberi sebarang faedah kepada masyarakat. Mereka tidak mempunyai isu untuk dikemukakan kepada pucuk pimpinan negara dalam mesyuarat dan sebagainya kerana beliau tidak mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat sama ada dari sudut komunikasi atau kegiatan yang boleh memberi faedah kepada masyarakat.

Setiap orang yang dilantik menjadi wakil rakyat akan menghadapi pelbagai masalah berkaitan dengan masyarakat. Jika seorang wakil rakyat mengatakan bahawa di kawasannya tidak mempunyai masalah, ini menunjukkan bahawa individu tersebut tidak bertanggungjawab. Urusan berkaitan dengan penyediaan kemudahan asas atau keperluan hidup kepada masyarakat bukan merupakan satu perkara yang mudah.

Individu yang dilantik menjadi wakil rakyat sepatutnya terdiri daripada orang yang mempunyai pengalaman dalam urusan kemasyarakatan dan sanggup menghadapi permasalahan masyarakat serta mempunyai perwatakan yang gagah dan gigih.

Sejarah penciptaan bumi dan langit yang dipaparkan oleh Allah di dalam al-Qur'an, surah 41 (Fussilat): 9-12 ,menjelaskan bahawa Allah mencipta bumi yang dikukuhkan dengan gunung-ganang hanya dua hari sahaja. Allah menentukan kadar pemakanan kepada penghuni bumi memakan masa selama empat hari. Allah mencipta langit yang mempunyai tujuh lapisan serta dihiasi langit yang berhampiran bumi dengan bulan dan bintang selama dua hari.

Ayat al-Qur'an ini menunjukkan bahawa dalam penciptaan langit dan bumi, ia adalah terlalu mudah bagi Allah dan hanya memakan masa selama dua hari. Urusan berkaitan dengan keperluan makanan makhluk-Nya di bumi ini memakan masa empat hari bagi Allah mengendalikannya. Berdasarkan penjelasan ini, maka umat Islam sepatutnya menyedari bahawa menjadi seorang pemimpin bukan merupakan satu perkara yang mudah.

Pemimpin atau wakil rakyat merupakan bapa atau ibu kepada rakyat dalam negara mereka. Ciri-ciri kepimpinan yang disulami dengan sifat amanah, rendah diri serta peri kemanusiaan yang tinggi sahaja mampu menjadikan seorang wakil rakyat atau pemimpin itu berjaya melaksanakan tugasnya dengan sempurna.

Individu yang kurang gemar bergaul dan menyelami permasalahan masyarakat jika dilantik menjadi wakil rakyat bukan sahaja boleh menggagalkan usaha kerajaan untuk membangunkan kawasan yang mundur, malah ia juga boleh membangkitkan kebencian rakyat terhadap kerajaan. Pucuk pimpinan negara perlu tegas dalam soal pelantikan wakil rakyat supaya setiap individu yang dilantik memahami bahawa pelantikannya bukan berasaskan kepada keakraban hubungannya dengan pucuk pimpinan negara tetapi berdasarkan kepada bakat dan kebolehannya.

Sikap gemar menunjukkan kebolehan diri secara menguar-uarkan kehebatan diri adalah di antara sifat yang dikeji mengikut perspektif akhlak Islam. Oleh itu, dalam pemilihan wakil rakyat, pucuk pimpinan negara sepatutnya mengkaji terlebih dahulu sifat dan personaliti setiap individu yang ingin dilantik supaya tidak berlaku penipuan dan lakonan dalam urusan kepimpinan.

Masyarakat keseluruhannya mengharapkan wakil rakyat menumpukan perhatian kepada permasalahan keperluan asas mereka, bukan menampilkan diri dalam bentuk yang membosankan rakyat. Wakil rakyat sepatutnya memahami fitrah manusia supaya tingkah laku dan tindak tanduk mereka digemari rakyat.

Apabila perut lapar dan badan menjadi semakin lemah, masyarakat amat memerlukan bantuan daripada kerajaan. Ketika ini, wakil rakyat amat diperlukan oleh masyarakat.

Jika jiwa dan hati nurani wakil rakyat disemat dengan roh keimanan dan peri kemanusiaan yang tinggi, maka setiap bantuan yang disalurkan oleh kerajaan kepada masyarakat akan dilaksanakan dengan sempurna dan amanah, bukan diagih-agihkan kepada golongan yang kecil. Sifat amanah dan jiwa lembut begini sukar untuk dicari dalam dunia Islam masa kini kerana umat Islam kurang memahami objektif dan prinsip hidup manusia di dunia yang sementara ini.

Hasilnya, negara yang mewah dan kaya dihuni oleh ramai penduduk miskin kerana wakil rakyat dan para pemimpin tidak amanah dan tamak.

Berdasarkan fenomena di mana umat Islam sering dilimpahi dengan kemewahan tanpa merujuk kepada hukum halal dan haram, maka pucuk pimpinan negara sepatutnya amat prihatin terhadap pemilihan wakil rakyat supaya setiap perancangan dan sumbangan kerajaan kepada rakyat dapat dinikmati oleh keseluruhan masyarakat dalam negara.

Wakil rakyat yang amanah kekal melaksanakan tugasnya dan wakil rakyat yang kecundang perlu disingkirkan supaya rakyat dalam negara dapat bernafas dengan nada kesyukuran kepada kerajaan yang prihatin.

Dr. Saodah Abd Rahman, Jabatan Usuluddin dan Perbandingan Agama,Universiti Islam Antarabangsa Malaysia.

Thursday, January 13, 2011

Falsafah pemikiran Tun Razak


PADA 14 Januari 1976, seluruh rakyat Malaysia dikejutkan dengan berita Tun Abdul Razak Hussein meninggal dunia di London kerana penyakit leukemia.

Pemergian Allahyarham Tun Abdul Razak adalah satu kehilangan besar kepada rakyat Malaysia. Sebab itu rakyat berbilang kaum tidak putus-putus memberi penghormatan terakhir kepada Allahyarham di Masjid Negara sebelum disemadikan di Makam Pahlawan.

Tun Abdul Razak adalah seorang negarawan yang ulung dan banyak berjasa. Sehingga hari ini nama Allahyarham masih disebut-sebut, apatah lagi anak sulungnya, Datuk Seri Najib Tun Razak pula menjadi Perdana Menteri dan menunjukkan ciri-ciri kepimpinan yang disenangi rakyat.

Banyak kupasan dibuat mengenai sumbangan Allahyarham kepada bidang politik, ekonomi dan sosial negara. Tetapi jarang pihak mengupas falsafah pemikiran Tun Abdul Razak.

Menurut Naib Presiden Industri dan Perhubungan Organisasi Management & Science University (MSU) Prof. Dr. Mohd. Zainul Fithri Datuk Othman, falsafah pemikiran Perdana Menteri kedua itu berasaskan kepada sifat-sifat keperibadian yang sangat terserlah iaitu mempunyai sifat integriti dan amanah yang tinggi, mempunyai sifat kebijaksanaan dalam membuat penilaian dan perhitungan; sifat dahagakan kebenaran yang sebenar dan bukan kebenaran yang direka-reka; sifat kasih dan sayang kepada rakyat melebihi diri sendiri dalam menunaikan kehendak rakyat.

"Tun Abdul Razak dilihat seorang yang rendah hati, tawaduk, penuh dengan sifat kedamaian dan bencikan konfrontasi. Sifat lembut dalam perwatakan, pertuturan tetapi tegas dalam tindakan membentuk minda dan dirinya. "Allahyarham dilihat seorang pejuang rakyat yang tulen, tidak membatasi dirinya dengan kepentingan politik kepartian tetapi berjuang atas asasrationality, praktikaliti, "outcome base leadership". Tiada gimik, tiada slogan yang gempaq; tiada protokol yang dibawa bersama.

"Tun Abdul Razak berjuang untuk rakyat dengan turun ke padang dalam waktu banjir, ribut, hujan lebat yang membasahi dirinya, lecak, menyinsing seluar untuk bersama rakyat tidak mengira bangsa pun," tegas Dr. Mohd. Zainul Fithri merangkap Pengarah Institute of Leadership and Human Analysis Malaysia (ILHAM).

Allahyarham bukan pemimpin yang sibuk mengkayakan diri, anak-anak, sahabat handai, puak-puak, kaum-kaum, kerana Tun Abdul Razak takut tanggungjawab dan amanah yang diberikan kepadanya dipersoalkan Yang Maha Esa Allah SWT.

Sifat luhur ini menyentuh setiap sanubari dan hati rakyat sehingga kini. Legasinya bukan untuk ditinggalkan untuk rakyat tahun 1970-an tetapi juga untuk rakyat di abad ke-21 dan abad-abad yang mendatang.

Malaysia bangun dan bangkit dari kemunduran, perpecahan kaum, dengan ketidak keseimbangan sistem sosial adalah kerana dasar yang diperkenalkan oleh Tun Abdul Razak. Mana mungkin rakyat Malaysia tidak mengenang jasa yang tidak terbalas itu.

Allahyarham Tun Abdul Razak ada berpesan: "Kebebasan bererti tanggungjawab. Tanggungjawab bererti berusaha, bertindak serta berdikari, dan kejayaan yang tercipta daripada usaha seseorang itu adalah tidak ternilai harganya," kata Dr. Mohd. Zainul Fithri.

Tun Abdul Razak meletakkan tanggungjawab sebagai asas kepimpinan dengan digarapkan dengan usaha dan tindakan yang tepat. Membina rakyat yang kuat dan berketrampilan serta boleh berdiri di atas kaki sendiri. Bagi Allahyarham kejayaan seseorang itu adalah kerana dia mahu berusaha dan setiap usaha sama ada gagal atau berjaya adalah satu kejayaan yang tidak ternilai harganya.

Ungkapan seumpama ini adalah kata-kata hikmat yang hendak difahami oleh setiap rakyat yang cintakan kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan hidup di negara ini. Kefahaman ini harus juga menular kepada setiap genap pemimpin di negara ini tidak kisah sama dia pemimpin parti pemerintah mahu pun pemimpin parti pembangkang.

Razak telah meletakkan dirinya sebagai legasi di kalangan kawan dan lawan, parti pemerintah dan parti lawan. Kejayaan Tun Abdul Razak memujuk Pas menyertai Barisan Nasional membuktikan kejujuran hati dan keluhuran jiwanya yang menjadi elemen penting sehingga berjaya memikat hati pemimpin Pas.

Allahyarham Tun Abdul Razak tidak merasa segan silu bertemu pemimpin Pas demi rakyat. Tidak menunggu parti lawan menemuinya tetapi dirinya dibawa menemui mereka. Tiada syarat dan prasyarat demi rakyat. "He his a Political Mastery".

Tidak takut kepada cemuhan dari pihak dalaman, atau takut popularitinya menjunam jatuh, tidak gentar dengan desakan dan tekanan kawan atau sahabat politik, kerana semuanya dilakukan untuk perpaduan ummah, untuk kesejagatan dan kemakmuran rakyat secara total.

"Tun Abdul Razak percaya dengan mempunyai sistem politik yang stabil, ekonomi yang adil dan saksama, perpaduan rakyat akan tercapai. Kejayaan Dasar Ekonomi (DEB) adalah kejayaan rakyat Malaysia. Ia bukan satu dasar yang menumpukan hanya kepada orang Melayu tetapi ia adalah untuk segenap lapisan.

Cuma secara kebetulan, ketika DEB dilancarkan, keadaan ekonomi dan kadar kemiskinan yang meruncing adalah di kalangan orang Melayu. Adalah salah mengatakan DEB adalah dasar yang dikhususkan untuk orang Melayu sahaja.

Keadaan DEB pada ketika itu berbeza dengan keadaan sekarang. Sekarang dasar DEB itu diberikan roh dan nafas baru melalui ETP, GTP dan RMK-10 yang membuka ruang dan peluang yang lebih besar dan luas mengikut keperluan dan kehendak semasa.

Pelbagai dasar yang diilhamkan oleh Tun Abdul Razak demi rakyat dari Red Book kepada Buku Hijau, Laporan Razak, DEB dan pelbagai lagi dilakukan demi kesejahteraan rakyat. He is a creator, innovator and inventor.

Namun demikian, bertolak dari sifat keperibadian inilah beliau mengasaskan empat perkara menjadi fokus dalam kepimpinan beliau semasa menjadi Perdana Menteri, pertama memastikan agar kadar kemiskinan negara ini dapat diturunkan; memastikan pengagihaan ekonomi adalah saksama dan adil; melakukan Manhaj atau pendekatan yang praktikal untuk membina negara dan rakyat; memenuhi setiap aspirasi rakyat dan memastikan wujudnya keadilan sosial di kalangan rakyat. Tun Abdul Razak adalah Perdana Rakyat. Memastikan keselamatan negara terpelihara dan apabila semua ini dapat disatukan maka negara boleh diurus tadbir dengan stabil dan aman.

Kebijaksanaan Allahyarham dalam mengatasi masalah konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia amat terserlah. Kebijaksanaan diplomasi amat dikagumi di seluruh dunia kerana berjaya menyatukan semula saudara serumpun ini kembali bertaut.

Lawatan beliau ke negara China membuka mata ramai negara jiran bahawa persahabatan boleh dimulakan jika mempunyai hati yang ikhlas dan jiwa yang luhur. Tidak ada ruginya jika kita mencari jalan persahabatan demi pembangunan negara dan kemakmuran rakyat semua.

Kekuatan minda yang berteraskan ilmu pengetahuan amat terserlah dalam kehidupan. Sebab itu, Allahyarham mahu memastikan semua rakyat di negara ini mendapat asas pendidikan yang sempurna. Beliau percaya dengan mengilmukan rakyat, negara akan boleh dipacu dengan pantas dan mantap.

Secara peribadi, ketika masih kecil Dr. Mohd. Zainul Fithri mempunyai kenangan dan interaksi secara peribadi dengan Tun Abdul Razak. Bapanya, Othman Abdullah ketika itu Ketua Penerangan UMNO sering ke Sri Taman melakukan perbincangan secara tertutup dan peribadi dengan Tun Abdul Razak selaku Presiden UMNO.

"Hampir setiap minggu saya dibawa ke kediaman rasmi Perdana Menteri di Sri Taman. Di Sri Taman selalunya selepas selesai mesyuarat, Tun akan memanggil saya dan sering memberikan pesanan, "jadi macam bapak tau.. bila besar nanti" "ingat pesan uncle, bila jadi pemimpin nanti di muka hari, jagalah hati rakyat dan jangan sesekali mementingkan diri sendiri, berjuanglah untuk keadilan demi rakyat…berani dan tegas macam bapak..dan jadilah orang yang berilmu..study hard ok Fithri!" cerita Dr. Mohd. Zainul Fithri mengimbau kenangannya bersama Allahyarham Tun Abdul Razak.

Sunday, January 9, 2011

KAJIAN BERKAITAN ISU KIAMAT

SALAH satu tanda orang yang beriman adalah percaya pada hari kiamat. Ini kerana beriman kepada hari kiamat adalah salah satu daripada rukun iman.

Namun, kira-kira dua tahun lalu, dunia dikejutkan dengan filem bertajuk 2012. Filem arahan Roland Emmerich itu mengambil idea daripada ramalan kaum Maya yang mendakwa kitaran besar dunia tempoh ini atau hari kiamat akan berakhir pada tahun depan iaitu pada tarikh 21 Disember 2012.

Malah, lama sebelum filem 2012 dihasilkan, dokumentari bertajuk End Day pernah diterbitkan oleh BBC pada tahun 2004. Dalam dokumentari ini, digambarkan empat peristiwa besar yang mungkin menyebabkan kiamat;

1) Mega tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi dan juga hentaman asteroid.

2) Munculnya virus pembunuh yang kemudiannya menjadi wabak, sehingga membunuh jutaan penduduk dunia.

3) Supervolcano (letusan raksaksa gunung berapi) dari dasar Taman Negara Yellowstone, Amerika Syarikat (AS) yang menyebabkan benua Amerika Utara musnah sama sekali, dan

4) Kesalahan para saintis berkaitan dengan eksperimen bagi mengubah hukum-hukum fizik seperti nuklear.

Bezanya antara filem fiksyen 2012 dengan End Day adalah di dalam End Day tidak menyatakan tarikh kiamat akan berlaku. Manakala, dalam filem '2012' dinyatakan secara saintifik tarikh kiamat itu.

Sungguhpun ramai mengetahui dan mengakui bahawa filem 2012 itu hanya dongengan, ramalan bencana besar yang akan berlaku itu amat berbahaya kepada orang yang belum memiliki iman yang kuat kerana dibimbangi mereka akan terpedaya lantas mempercayainya. Ini sebenarnya bertentangan dengan akidah Muslim.

Kaum Muslimin sebenarnya memiliki dua pusaka yang besar iaitu al-Quran dan hadis Nabi Muhammad. Dua teks ini sudah cukup bagi melindungi fahaman umat Islam daripada pelbagai ramalan mengenai hari kiamat.

Hakikatnya, sebelum penayangan filem 2012 terdapat lebih kurang 26 ramalan tentang hari kiamat yang disebarkan oleh kumpulan pemuja hari kiamat, ahli astrologi dan para ilmuwan.

Ramalan-ramalan tidak benar ini telah bermula seawal tahun 1945 hinggalah 2003. Antaranya;

l Charles, seorang paderi Kristian dari AS meramalkan kiamat iaitu bumi akan terbakar pada 21 September 1945, pukul 5.33 pagi

l Charles Laugheda, seorang doktor dari AS meramalkan kiamat berupa banjir dan gempa bumi yang dahsyat akan terjadi pada 20 Disember 1954

l Ada pihak pula pernah meramalkan kiamat akan terjadi pada 14 Julai 1960, pukul 1.45 petang disebabkan oleh ledakan bom bawah tanah milik Amerika. Lucunya, ekoran ramalan itu ada orang yang menghasilkan perahu.

l Ahli astrologi India pula meramalkan kiamat akan terjadi pada 2 Februari 1962 iaitu antara pukul 12.05 tengah hari hingga 12.15 tengah hari.

Pelbagai contoh ramalan kiamat di atas jelas membuktikan manusia tidak mampu mengetahui tarikh hari kiamat secara tepat.

Hanya Allah sahaja yang mengetahui saat kiamat datang melanda. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak mengetahuinya. Baginda hanya diberitahu tentang tanda-tanda kiamat sahaja sebagaimana yang akan dikaji menerusi buku terbitan PTS Islamika Sdn. Bhd. berjudul Armagedon 2012 Bencana Akhir Zaman.

Buku tulisan pensyarah di Universiti Brawijaya, Indonesia iaitu Wisnu Sasongko@Muhammad Alexander. Beliau yang kini dalam proses mendapatkan ijazah doktor falsafah (Ph.D) dalam bidang Sejarah dan Peradaban telah banyak menghasilkan kajian mengenai Yakjuj & Makjuj, Zulqarnain dan hari kiamat.

Antara buku bestseller beliau adalah Yakjuj & Makjuj: Bencana di Sebalik Gunung (2009) danAlexander adalah Zulqarnain.

Armageddon: 2012 adalah nukilan hasil kajian berdasarkan fakta-fakta yang dirujukkan kepada penulisan ilmiah penulis-penulis lampau serta fakta-fakta yang terdapat di dalam al-Quran dan hadis.

Pendekatan penulis yang meletakkan fakta-fakta mengikut susunan yang yang kemas serta bukti-bukti yang kukuh, sekali gus menjadikan ia mudah difahami oleh pembaca daripada pelbagai lapisan.